...Welcome to the world of dreams... Cewek Kuper: Mei 2014

HTML/javascript

Mei 26, 2014

MATAHARI DARI BARAT

Dia akan datang, nanti.
yang pasti dia akan datang dari barat
tahun ini atau tahun berikutnya.

Tolong jangan tertawa !
aku benci ejekanmu itu
seolah-olah aku ini kau anggap sebuah lelucon

Apa kau tak melihat
kesungguhan dan usaha juga niat baikku selama ini?
kau pasti tahu itu dan setuju

Dan aku, sebagai bunga di timur, akan menunggu
sinar matahariku yang muncul dari barat
membawa terangnya untuk dunia dan aku

Keyakinanku di atas seratus persen
bahkan mengalahkan kekuatan gempa di bumi
tunggu saja saat itu terjadi.

Aku melipat dengan rapi surat puisi itu dan akan mengirimkannya kepada sahabatku di langit esok hari, Ya dia sangat jauh dan tak pernah bisa terjangkau oleh fisik, tapi aku bisa menjangkaunya dalam batin dan pikiranku. Sampai surat puisi ini aku buat, aku masih sempat memikirkan jawaban apakah yang akan di berikan sahabatku nanti. hm... malam ini aku sungguh akan tertidur bersama rasa penasaran.

Si putih pembawa pesan sudah datang, tepat bersama munculnya matahari pagi yang hangat, sayapnya berkepak lembut dan turun tepat di pagar pembatas jendela kamarku. 

"Apa kabar Drulina?"aku menyapanya sejenak, memberikannya minum dan beberapa biji-bijian yang sejak semalam sudah aku persiapkan.

"Aku baik-baik saja, maaf membuatmu menunggu lama, ada sekelompok gagak hitam menuju timur, nampaknya ada berita kesedihan di sana tapi aku tak sempat bertanya kepada mereka apa yang terjadi, karena pada saat itu aku sedang beristirahat di dahan kayu putih" jawab si Putih penuh keseriusan.

"Oh... semoga tidak terjadi apapun yang buruk ya" aku menguatkan keadaan di timur, si Putih yang ku panggil Drulina itu tersenyum dan mengangguk.Matanya berbinar. Lalu sambungnya

"Apakah suratmu untuk sahabat di langit lagi?" 

Aku tertawa dan mengangguk pasti. Aku membiarkan Drulina menghabiskan makanan dan minumannya. Ia nampak kelelahan dan lapar, entah sudah berapa lama dia terbang.Pasti dalam perjalanan itu dia jarang menemukan makanan, kalaupun ada mungkin itu hanyalah biji-bijian muda yang masih pahit.

"Aku tak bisa berlama-lama di sini, ada banyak tugas untukku hari ini" Katanya setelah menghabiskan semua makanan. Aku sangat memahami itu, dia memang sudah di takdirkan sebagai pembawa pesan dari langit ke bumi. Dalam hitungan detik surat puisiku sudah terikat rapi di lehernya dan siap di terbangkan ke langit.

"Hati-hati ya Drulina, kau akan terbang jauh.." Pesanku kepadanya sambil mengelus kepalanya, Ia mengangguk dan mulai mengepakkan sayap putihnya terbang tinggi menukik ke angkasa. sayap putihnya terlihat indah di kejauhan, semakin tinggi dan tak terlihat lagi. Aku kembali sepi dan sendiri.
***

Dia yang ku sebut matahari dari barat, ku sebut juga malaikat yang datang di saat yang tepat. Tak pernah aku pikirkan sebelumnya apalagi mengharapkannya. Semua itu di luar pemikiran dan angan-anganku.

Aku hampir putus asa, karena banyaknya permainan yang hanya boleh di nikmati tapi tak boleh di miliki. Aku frustasi dan merasa sedih setiap malam, saat orang-orang menyuarakan kebahagiaan sementara aku tertinggal di ujung jalan di makan waktu bahkan hampir redup.

Lalu bersumpah aku kepada pemilik dunia ini, bahwa aku akan setia dan indah untuk satu kebaikan yang datang.

"Aku akan menjadi sinar dalam hidupmu, aku akan hidup denganmu dan bertumbuh bersamamu dan keturunan kita..."

Kalimatnya seakan sebuah jawaban doaku di masa suram, tapi aku ragu dan menimbang-nimbang. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, ku biarkan dia menunggu di sudut lara. Dan aku tetap bermain-main dengan permainan-permainan yang tak bisa di miliki itu.

Namun setiap tiga puluh hari kalimatnya terbukti nyata di hadapanku. Diam-diam aku penuh pengharapan kepadanya. Aku, boleh kau sebut orang beruntung (aku memang beruntung. Dulu, lusa, kemarin, hari ini dan esok). Ini bukan kalimat kesombongan, tapi sebuah doa. Perkataan yang keluar dari mulutmu itu adalah sabda dan sumpah juga doa untukmu sendiri yang akan terjadi jika kau percaya dan mengamininya. Dan aku, selalu percaya apa yang aku katakan.

Lalu suratku, yang berisi tentang curahan hatiku tentang matahari dari barat itu dan juga tentang hidup dan masa depanku, entah sudah ke berapa kali ku kirimkan kepada sahabatku di langit. Jawabannya tidak sesingkat yang manusia pikirkan dan aku sadar itu. Kesabaran akan menghasilkan buah ketekunan.

Entah kapan Drulina si burung putih itu akan datang lagi membawa surat balasan untukku, aku tak bisa menebaknya, ini seperti sebuah rahasia dan memerlukan keteguhan hati untuk bersabar dalam penantian.