...Welcome to the world of dreams... Cewek Kuper: 2014

HTML/javascript

September 14, 2014

KISAH AKU DAN JIWAKU DALAM PENANTIAN

Hi jiwaku
Aku merana sangat, tapi bukan itu
aku cemas begitu dalam, tapi yakin
aku kuatir sangat besar, tapi bahagia

Hi jiwaku
aku ingin kau katakan sesuatu
sesuatu yang bisa menjauhkan aku dari bimbang, cemas dan takut
aku sudah berseru dalam doa, tapi masih...

Hatiku di antara nantian, tidak lama, tapi lama sekali bagiku
hatiku di antara iya dan tidak, tapi yakin semua adalah iya
inilah yang di sebut orang sebagai pikiran galau
ya... aku mengalaminya kini

jiwaku, apakah kau tahu, bahwa menanti hari pernikahan sama seperti menanti hari kematian? seperti kau di vonis mati dan berada di hadapan beberapa juru tembak, kau tak pernah tahu kapan peluru itu akan di tembakkan dan mengenai jantungmu, kau hanya bisa mendengar bunyi senapan namun tak melihat dan tak ada yang tahu peluru dari senapan yang mana yang telah mengeksekusimu saat itu.

Jiwaku, aku dulu tak pernah meyakini bahwa hidup, mati dan jodoh berada di tangan TUHAN. tapi kini aku yakin itu. aku tak akan mati bila bukan kehendak TUHAN, rejeki aku sudah di tentukan, walau aku berjuang sampai habis keringatku, jika belum waktunya maka tak akan aku mendapatkan rejeki itu.

Juli 23, 2014

MATAHARI DARI BARAT (II)

Aku belum lelah
aku belum jenuh
aku juga belum bosan
menunggu matahariku yang akan datang dari barat

Sudah lama. ya lama sekali
aku menghitungnya, tapi tak tepat berapa hasilnya
seperti jumlah anak tangga di gunung bromo
yang hasilnya akan selalu berbeda pada setiap orang


"Ini sudah bulan ke-7, sampai kapan kau akan duduk menunggu bak patung di taman bunga dan tertiup angin lalu jatuh dan patah, ha ha ha..."

Sentilan itu lagi, lagi dan lagi. Hm.... bagi mereka aku hanyalah cecunguk bodoh yang mengharapkan bulan jatuh di bawah kakiku, nyatanya aku hanya mendapati bayanganku saja yang berdiri lebih tinggi dari tinggi badanku yang sesungguhnya.

Ya TUHAN, kepadaMu saja aku mengeluh, berharap dan menunggu jawaban. Ku harap Drulina juga cepat datang lagi dan membawa surat balasan dariMu Ya TUHAN. Di sini aku sudah mempersiapkan bunga tangan, mahkota bunga, lagu-lagu yang indah,makanan yang lezat, pakaian yang cantik. semua untuk dia.

Ini seperti impian di siang hari. Ya benar. Tapi tak ada yang salah kan dengan mimpi, apabila kita mau berusaha mewujudkannya dan menjadikan mimpi itu sebuah kenyataan?. Dan aku kini sedang melakukannya.

Berhari-hari aku bercakap-cakap dengannya, seakan dia nyata di hadapanku, hanya kami saja yang tahu dan juga TUHAN tentunya.

"Aku akan membawamu ke taman kota ke istana raja-raja, berkeliling kebun bunga yang cantik dan memperlakukanmu seperti ratu karena kaulah ratuku..."

Itulah janji yang selalu di ucapkannya di setiap percakapan kami.Sungguh romantic, aku di mabuk kepayang olehnya. Apa kalian kira ini hanyalah tipuan? kalau aku berkata bukan, apa kalian akan terus mengusik hal ini?.

Berilah aku sedikit waktu untuk menunggu sebentar lagi sampai tiba waktunya. Karena aku tak punya kuasa untuk mengubah posisi bulan dan matahari. Tak bisa aku memaksanya menuruti inginku yang kanak-kanak. karena kebesaran kasihku, aku membiarkannya menyelesaikan dahulu pekerjaan yang sudah menjadi tugasnya sebelum aku hadir di hidupnya. Dan aku akan lebih bersuka cita menanti dengan hasil karya tanganku yang akan ku persembahkan untuknya saja.

Aku baru setengah bermimpi belum sampai kepada akhir. masih banyak waktu untuk melanjutkan mimpi panjang itu.

Mei 26, 2014

MATAHARI DARI BARAT

Dia akan datang, nanti.
yang pasti dia akan datang dari barat
tahun ini atau tahun berikutnya.

Tolong jangan tertawa !
aku benci ejekanmu itu
seolah-olah aku ini kau anggap sebuah lelucon

Apa kau tak melihat
kesungguhan dan usaha juga niat baikku selama ini?
kau pasti tahu itu dan setuju

Dan aku, sebagai bunga di timur, akan menunggu
sinar matahariku yang muncul dari barat
membawa terangnya untuk dunia dan aku

Keyakinanku di atas seratus persen
bahkan mengalahkan kekuatan gempa di bumi
tunggu saja saat itu terjadi.

Aku melipat dengan rapi surat puisi itu dan akan mengirimkannya kepada sahabatku di langit esok hari, Ya dia sangat jauh dan tak pernah bisa terjangkau oleh fisik, tapi aku bisa menjangkaunya dalam batin dan pikiranku. Sampai surat puisi ini aku buat, aku masih sempat memikirkan jawaban apakah yang akan di berikan sahabatku nanti. hm... malam ini aku sungguh akan tertidur bersama rasa penasaran.

Si putih pembawa pesan sudah datang, tepat bersama munculnya matahari pagi yang hangat, sayapnya berkepak lembut dan turun tepat di pagar pembatas jendela kamarku. 

"Apa kabar Drulina?"aku menyapanya sejenak, memberikannya minum dan beberapa biji-bijian yang sejak semalam sudah aku persiapkan.

"Aku baik-baik saja, maaf membuatmu menunggu lama, ada sekelompok gagak hitam menuju timur, nampaknya ada berita kesedihan di sana tapi aku tak sempat bertanya kepada mereka apa yang terjadi, karena pada saat itu aku sedang beristirahat di dahan kayu putih" jawab si Putih penuh keseriusan.

"Oh... semoga tidak terjadi apapun yang buruk ya" aku menguatkan keadaan di timur, si Putih yang ku panggil Drulina itu tersenyum dan mengangguk.Matanya berbinar. Lalu sambungnya

"Apakah suratmu untuk sahabat di langit lagi?" 

Aku tertawa dan mengangguk pasti. Aku membiarkan Drulina menghabiskan makanan dan minumannya. Ia nampak kelelahan dan lapar, entah sudah berapa lama dia terbang.Pasti dalam perjalanan itu dia jarang menemukan makanan, kalaupun ada mungkin itu hanyalah biji-bijian muda yang masih pahit.

"Aku tak bisa berlama-lama di sini, ada banyak tugas untukku hari ini" Katanya setelah menghabiskan semua makanan. Aku sangat memahami itu, dia memang sudah di takdirkan sebagai pembawa pesan dari langit ke bumi. Dalam hitungan detik surat puisiku sudah terikat rapi di lehernya dan siap di terbangkan ke langit.

"Hati-hati ya Drulina, kau akan terbang jauh.." Pesanku kepadanya sambil mengelus kepalanya, Ia mengangguk dan mulai mengepakkan sayap putihnya terbang tinggi menukik ke angkasa. sayap putihnya terlihat indah di kejauhan, semakin tinggi dan tak terlihat lagi. Aku kembali sepi dan sendiri.
***

Dia yang ku sebut matahari dari barat, ku sebut juga malaikat yang datang di saat yang tepat. Tak pernah aku pikirkan sebelumnya apalagi mengharapkannya. Semua itu di luar pemikiran dan angan-anganku.

Aku hampir putus asa, karena banyaknya permainan yang hanya boleh di nikmati tapi tak boleh di miliki. Aku frustasi dan merasa sedih setiap malam, saat orang-orang menyuarakan kebahagiaan sementara aku tertinggal di ujung jalan di makan waktu bahkan hampir redup.

Lalu bersumpah aku kepada pemilik dunia ini, bahwa aku akan setia dan indah untuk satu kebaikan yang datang.

"Aku akan menjadi sinar dalam hidupmu, aku akan hidup denganmu dan bertumbuh bersamamu dan keturunan kita..."

Kalimatnya seakan sebuah jawaban doaku di masa suram, tapi aku ragu dan menimbang-nimbang. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, ku biarkan dia menunggu di sudut lara. Dan aku tetap bermain-main dengan permainan-permainan yang tak bisa di miliki itu.

Namun setiap tiga puluh hari kalimatnya terbukti nyata di hadapanku. Diam-diam aku penuh pengharapan kepadanya. Aku, boleh kau sebut orang beruntung (aku memang beruntung. Dulu, lusa, kemarin, hari ini dan esok). Ini bukan kalimat kesombongan, tapi sebuah doa. Perkataan yang keluar dari mulutmu itu adalah sabda dan sumpah juga doa untukmu sendiri yang akan terjadi jika kau percaya dan mengamininya. Dan aku, selalu percaya apa yang aku katakan.

Lalu suratku, yang berisi tentang curahan hatiku tentang matahari dari barat itu dan juga tentang hidup dan masa depanku, entah sudah ke berapa kali ku kirimkan kepada sahabatku di langit. Jawabannya tidak sesingkat yang manusia pikirkan dan aku sadar itu. Kesabaran akan menghasilkan buah ketekunan.

Entah kapan Drulina si burung putih itu akan datang lagi membawa surat balasan untukku, aku tak bisa menebaknya, ini seperti sebuah rahasia dan memerlukan keteguhan hati untuk bersabar dalam penantian.

April 09, 2014

TIGA

Aku harus mengaku kalah, saat dia akhirnya memilih bertemu wanita lain setelah itu. Aku seperti kelinci percobaan di meja operasi. Tubuhku belum mati. Aku hanya lemas dan seakan mati rasa. Aku tak bisa menahan keputusannya, dia punya hati dan pikiran yang bebas, yang tidak terikat, dia bisa pergi kemana saja sesuka hatinya, bertemu siapa saja yang dia suka dan makan atau minum apa saja yang dia inginkan. Aku kini seonggok ilalang kering, apabila ada sedikit api maka aku akan habis terbakar.

Aku pulang dengan sedih, namun aku rela. Carilah kebahagiaanmu sendiri, batinku mengulang sebuah kalimat yang pernah aku baca. Aku tak bisa memaksa cinta untuk mengikat sebuah hati yang belum bersedia di ikat. Aku tak bisa memaksa cupid untuk mengarahkan busur panahnya kepadaku.

Dia melepas kepergianku, sore itu. Pandangannya tenang dan rapuh. Entah bagaimana hatinya, tapi yang pasti hatiku rela, sungguh. Aku berhenti mengingat hal buruk yang sudah menimpa hidupku dan aku juga tak sudi membayangkan dirinya bersama wanita lain itu akan bersenang-senang. Aku juga melupakan semua yang sudah di janjikannya kepadaku. Itu sudah tak penting lagi kini, cinta memang tak bisa di paksakan. Aku pergi, tanpa beban.

Aku tahu, kamu tak sudi lagi berbicara padaku, tapi tolong kabari aku saat kau sudah tiba di rumah

Aku tak membalas isi pesan itu. Biarlah. Aku merasa sudah hilang harapan. Apa yang di belakangku yang kini aku tinggalkan adalah masa lalu. aku kini menuju masa depan bersama taxi yang aku tumpangi yang akan mengantarku pulang sampai ke rumah.
***

Aku menemukan kebahagiaan di rumah, sanak saudara menyambutku gembira, seolah lama tak jumpa denganku, padahal aku hanya pergi beberapa jam saja. Semua keponakanku berkumpul dan ingin bermain denganku. Bermain lempar bola adalah permainan andalah bocah lelaki, dan aku adalah lawan terbaik untuk dua keponakanku, lalu bermain gitar dan bernyanyi adalah permainan terakhir pengantar tidur mereka. Tawaku tak hilang hingga pagi, semoga selamanya aku berbahagia.

Tolong jangan abaikan aku, katakanlah sesuatu...

Pukul 10 pagi aku terbangun dan mendapati pesan dari dia. Tak begitu penting. Aku mematikan ponsel dan pergi mandi. Hari ini aku ada janji lain yang harus aku realisasikan. Beberapa teman menungguku dengan sejuta tawa, saat aku datang tawa mereka lebih riuh lagi. Selalu ada teman yang setia saat kau di rundung duka, bahkan mereka akan tahu lebih dahulu sebelum kau ceritakan masalahmu. Bahkan saat kau katakan kau tak punya banyak teman atau tidak punya teman sama sekali, percayalah bahwa kau tidak sendiri. Ada TUHAN di atas sana yang selalu setia bersamamu. Mendekatlah padaNya maka DIA akan mendekat memelukmu.

"Mari kita pergi ke taman kota dan duduk di sana sampai malam, kita bercanda, bermain teka-teki dan bercerita banyak hal..." Ajak salah satu dari temanku.

Kami beramai-ramai menyusuri keindahan taman kota, hanya kami dan kami saja. Sampai malam kami berpesta, tertawa, bercerita, seperti gerombolan pemabuk yang baru saja di usir dari kelab malam. Tapi kami pemabuk yang tidak merugikan orang lain, yang tidak berbuat onar dan tidak menyakiti hati siapapun.

Aku kembali tertidur di kamarku pukul 11 malam. Oh sudah larut. Dunia ini begitu baik padaku, sampai memberikan aku ijin untuk menikmati keindahannya hingga selarut ini. Aku ingin bermimpi indah dan esoknya adalah kenyataan yang sama terjadi seperti dalam mimpiku.

Katakanlah sesuatu, jangan diam dan mengabaikan aku, maafkan aku, aku merindukanmu...

Pesan terbaru itu ku baca pada pukul 8 pagi. Dari Dia lagi. Dia yang memutuskan untuk bertemu wanita lain  dua hari yang lalu.

Bagaimana malam-malammu bersamanya? semoga kau bahagia :). Balasku.

Please maafkanlah aku, aku ingin kau di sini.
***

Aku dan dia duduk di sebuah kafe yang sepi, kami terdiam beberapa saat. Aku sudah kalah dan haruskah aku kalah dua kali?. Apakah hari ini dia akan mempermainkan hatiku lagi? Aku terduduk dengan pikiran kalut, sekali lagi. Ku lihat dia masih terdiam dan memandangku sendu. Wajahnya di balut kengerian dan sesal, aku bisa melihat kesedihan di mata coklatnya.

"Aku kemarin sangat sedih saat kau pulang, aku merasa sendirian dan kehilangan arah.."

"Tapi kan kau bersama wanita itu, kenapa kau harus sedih?" bantahku pelan

"Tidak, aku tidak bahagia, aku selalu teringat kau" Dia menyahut lebih pelan dari suaraku

"Apa yang kau pikirkan sebenarnya, kau tidak bisa berada di antara dua orang, kau akan menjadi pihak ketiga yang mengacaukan atau kau akan di jadikan pihak ketiga yang di rugikan. Atau kau akan menjadi seseorang yang di perjuangkan dengan kekejaman. Kau tidak bisa menjadi salah satu dari tiga. Kau harus bisa memilih sesuai kata hatimu.." 

Aku berkata demikian bukan untuk berharap menjadi yang di pilih. Aku sama sekali rela dan netral sekarang. Tak punya mimpi besar tentang dia lagi.

"Kau sudah tahu jawabanku dan aku sudah memikirkan ini sejak aku bertemu denganmu"

Aku tak menyahut, hatiku sudah membatu rasanya. Yang pasti sudah ada tiga orang dalam kisah ini. Dan aku mungkin adalah orang ketiga yang menyebalkan atau mungkin orang yang di sakiti karena orang ketiga. Bisa juga kami bertiga adalah korban dari keegoisan satu hati. Aku tak tahu.

Kebohongan terbesarku adalah tetap menjadi baik sementara hatiku hancur selama dua hari, dan kebohongan dia adalah tetap setia kepadaku walau hatinya menginginkan wanita lain yang bisa memberikan apa yang selama ini dia inginkan yang tak dia dapatkan dari aku. Luka itu membekas dan tak mungkin bisa   menjadi utuh kembali.

Kami tetap berjalan beriringan, entah demi apa dan sampai kapan. Yakinkah kau bahwa cinta bisa menghapus segala kesalahan? Aku sedang menanti jawaban dari pertanyaan itu dengan cara ini.

Maret 31, 2014

ANTARA CINTA DAN GURAUAN SEMU

Seluruh dunia ada di kepalaku
tersusun rapi bak kumpulan buku dalam rak
bahkan aku bisa mengingat 
dunia mana saja yang pernah aku jelajahi
dan aku juga hapal setiap jengkal jalan
yang sudah pernah aku lewati

seluruh janji-janji di suratnya tersimpan rapi di kepalaku
satu per satu aku ingat kalimat-kalimatnya
aku ingat tawa-tawa dari mereka
aku tahu itu dusta ataukah kebenaran
tubuhku mulai paham pun pintar akan taktik kelicikan
dan aku berharap itu tak berbalik kepadaku

Tapi kenyataanya aku masih di sini
harus di sini dan menunggu
banyak sekali janji-janji yang terucapkan
semua itu untukku?
ini membuatku gila dan tak sadarkan diri
huh.. masihkah aku percaya akan gurauan semu?

katanya aku akan menjadi ratunya
katanya aku akan menjadi ibu dari keturunannya
katanya aku akan di ajaknya keliling negeri lain yang indah
yang tak pernah aku lihat dan aku pijak sebelumnya
katanya aku akan berbahagia selamanya karena kesetiaannya
katanya aku akan tinggal di istana megah yang terang

aku menantinya,sang pujaan yang belum nampak sinarnya
aku menunggunya sang elang yang sudah menebar janji setia tahun lalu
aku mengharapkannya, sang raja yang jauh tak terjangkau 
dan aku memujanya, sang malaikat yang baik tapi tak suci lagi
aku tetap menampung semua omong kosong ini demi nadi, karena
aku hidup oleh karena cinta dan harapan saja

31/03/2014


Maret 22, 2014

TENTANG AKU, JIWAKU, DAN RACUN-RACUN ITU

Hi jiwa...
Aku merasa terlalu banyak tidur akhir-akhir ini, sehingga tubuhku menjadi lemah dan pandanganku samar-samar. Entah apa yang sedang merasuki tubuhku. Seakan duniaku kini menjadi sempit dan hanya berputar-putar pada jalur yang sama. Kiri kananku hanyalah tembok-tembok bisu, sementara depan belakang adalah bukit-bukit tinggi nan curam. Aku seakan terikat sesuatu yang aku sendiri tak tahu apakah dan siapakah itu. aku sudah meminum banyak sekali cairan racun, Ini sudah tejadi beratus-ratus hari, aku lupa sejak hari apa, _tapi aku ingat awalnya.


Para pemuja datang silih berganti memberi salam, hanya salam lalu pergi entah kemana

Para dewa memberi jawab dari beberapa tanya yang tak pernah aku ajukan sebelumnya
Para tetua menghujat habis laju pikiranku sehingga terhenti dan koma sekian lama
Para raja dan ratu bernyanyi bersahut-sahutan menyambut turunnya keajaiban yang bertubi-tubi seperti hujan badai, padahal itu hanyalah fatamorgana yang akhirnya membuat kupingku tersumbat kebisingan.


Sepertinya aku harus menemui pusat kehidupan secepatnya, untuk mengadukan keganjilan yang sedang terjadi padaku. Tapi, apakah dia punya waktu?. hm... aku tak yakin.

Sekarang aku mulai mengantuk lagi. Ah.. ini menyebalkan. Hi jiwaku ! bangunkan aku, cepat.... Aku tak mau mati lebih awal. Aku menjadi tergantung kepada jiwaku di saat seperti ini, sementara dia sama sekali tak bisa diharapkan, selalu berkata _ terserah padaku, terserah padaku_. Aku lelah terus menggerutu. Memang sedang terjadi keanehan pada sistem tubuhku, mungkin juga telah sampai kepada susunan otakku akibat dari racun-racun yang selama ini aku konsumsi.

"Berhentilah mengada-ada.." tiba-tiba jiwaku bersuara. Aku melonjak kegirangan
"kau kemana saja, dari tadi aku meneriakimu..." seruku gemas.

"Ayo ikut denganku.." katanya, aku mengikuti langkahnya tanpa bertanya, tapi aku menerka-nerka dalam hati kemanakah jiwaku akan membawaku? jalannya halus, sedikit ada liku-liku, naik turun perbukitan sama seperti yang ada di depan belakangku. 

Ada aliran sungai kecil yang airnya sangat bening. Aku ingin menyentuhnya sejenak, tapi tak ada waktu. Ada bunga-bunga hutan yang cantik dan warna-warni, aku ingin memetiknya tapi takut nanti beracun. Ada gedung-gedung bertingkat yang indah nampak terlihat dari kejauhan, seperti negeri dongeng atau negeri tetangga yang kaya minyak. Aku ingin berada di dalam salah satu gedung tinggi itu, tapi takut nanti tidak bisa keluar. Ha..Ha..Ha..Ada juga jalan bertingkat-tingkat yang padat kendaraan tapi teratur. Aku ingin mengendarai salah satu dari mobil-mobil cantik itu. Aku tak pernah melewati jalan ini sebelumnya. Ini sebenarnya mau kemana sih, aku bertanya-tanya lagi dalam hati. Ah persetan, yang pasti dia tidak akan membawaku ke jalan kematian.

"Kau terlalu santai..."Kata jiwaku setelah kami berjalan cukup lama. Aku melongo

"Santai bagaimana maksudmu, aku kan mengikutimu sambil menikmati keindahan di sekitarku?" jelasku. Tak ada jawaban. Ah dia diam, menyebalkan. aku malas melanjutkan pemikirannya.

"Apa kau mulai mengantuk..?" Tanya jiwaku lagi. Aku spontan tertawa keras

"Tentu saja tidak, bagaimana mungkin aku mengantuk, kan aku sedang berjalan..." jiwaku memandangku dan tersenyum.

"Yah, kau berjalan. tapi tahukah kau kemana tujuanmu? lanjut jiwaku. aku termenung sesaat, aku tak menemukan jawaban yang tepat dan memang aku tak punya jawaban untuk pertanyaan itu. karena aku merasa semua jalanku buntu atau tertutup sesuatu. Lalu aku menggeleng lemah.


Kami tiba di sebuah bukit hijau yang indah, setelah kami menaiki tanjakan yang tinggi namun tidak curam, penuh bunga-bunga yang sedang bermekaran, burung-burung berkicauan, ada aliran air yang tenang mengelilingi bukit ini, ada pelangi menghias langit, padahal tidak ada hujan, aku terpukau begitu lama, aku kini berada di sebuah tempat yang tak pernah aku datangi sebelumnya.

"Indah sekali... kau tahu dari mana tempat ini, jiwaku?" seruku penuh kekaguman

"Ini semua milikmu, kepunyaanmu, akan jadi milikmu jika kau berhenti mengantuk dan tertidur.."

Aku tersentak, ku pandang jiwaku yang berkata-kata penuh makna namun menusuk sekali. lalu sekali lagi aku menggeleng

"Tidak jiwaku, aku tak pantas berada di sini, karena aku tak mau mengotori tempat ini, aku adalah..." 
"Apa maksudmu?" Jiwaku sedikit tak mengerti, memotong kalimatku.

***


Aku adalah racun bagi jiwaku, yang tak pernah di ketahui jiwaku. Dan racun itu pelan namun pasti akan membunuh aku dan jiwaku. Aku membuat racun itu dengan kedua tanganku di tempat yang berbeda suatu hari, aku ingat awalnya.

Demi cinta yang mati, aku berselubung dusta mengharapkan hadirnya asmara-asmara dengan iming-iming kenikmatan surga di bawah matahari dan bulan, tanpa jiwaku tahu, atau mungkin jiwaku sudah tahu, akhirnya aku berikrar janji dengan asmara pujaanku. sementara asmara-asmara yang lain ku biarkan menunggu sumpahku dengan lunglai dan harapan semu, mereka setuju berdiri menanti dalam antrian panjang kompetisi permainanku. Aku tertawa bahagia dalam keberuntungan tak abadi, hartaku kemana-mana, uangku mengalir tenang seperti air di sungai, kerajaanku melampaui besarnya dunia ini.


Asmara pujaanku akan datang jika merasa haus akan rinduku dan sumpahku merelakan tubuhku di obrak-abrik bak singa menggasak habis daging mentah, dan aku meminum racun racikanku sendiri sebagai penawar penyesalan yang terjadi setelahnya. begitu seterusnya entah sampai kapan. Asmara pujaanku bukanlah cinta, aku tahu, dia hanyalah angin kesepian yang mencari tempat pelarian dari gersangnya suatu negeri. Dia menghilang ke negeri lain manakala aku berharap petolongan dan ia berubah menjadi serigala hitam seketika manakala aku menolak tubuhku di obrak-abrik lagi. tubuhku kini nyaris tinggal belulang rapuh. Tapi kenapa aku bertahan dalam ikrar? kenapa aku selalu berkata 'iya' untuk ajakannya? Apakah yang aku cari? 

Entahlah, itulah tadi pertanyaan yang diajukan jiwaku yang tak dapat aku jawab. tapi yang pasti aku tahu, aku telah bersumpah janji dengan sebuah dosa yang berwujud asmara. dan kini aku telah hancur olehnya, hancur menjadi remah-remah yang tak bisa di sentuh lagi, rompal bagai batu kapur yang tercungkil dengan kasar dari perbukitan tinggi. aku seolah-olah sudah di jebloskan ke dalam kesesatan hidup tanpa jalan keluar terbaik.


"Aku tak apa-apa..." Suara jiwaku lirih, selirih hembusan angin sore itu, aku semakin merasa bersalah dan bodoh. 
"Maafkanlah aku..." sesalku yang mungkin sudah terlambat. 

Beberapa saat lamanya kami terdiam. terdiam dalam pikiran masing-masing, aku dengan segala dosaku, sesalku dan khianatku kepada pusat kehidupan ini. Mati saja aku! sumpahku kepada diriku sendiri, sementara jiwaku terdiam seolah tenang, tak terjadi apa-apa, seperti mati. Hah, mati??!!. Oh..aku semakin kalut terbelenggu rasa bersalah karena racun-racun sialan itu.

"Hai jiwaku, maafkanlah aku, please kau jangan diam terus..." Aku memohon dengan gila, mungkin memang sudah gila sejak beratus-ratus hari yang lalu.

"Aku sudah memaafkanmu dan maafkanlah aku juga. Berhentilah memohon maaf, aku ini tak sempurna sama denganmu, tak ada manusia yang tak punya dosa. Dan dari ceritamu kurasa kau belum melakukan apa yang kau katakan itu. Kau hanya berimajinasi dengan alam kotormu. kau ketakutan dengan kenyataan yang belum pernah terjadi, kau mengira semua itu akan menimpamu bertubi-tubi layaknya gelombang tsunami di bumi. Benar?..."

Aku tergagap, tersadar. harusnya akulah yang membuat pengakuan itu, bukan jiwaku. kenapa selalu bertolak belakang?. AKu ini pengecut atau apa sih. atau jiwaku yang sok jadi pahlawan?

"Lalu untuk apa kau meminta maaf untuk sesuatu yang bahkan kau sendiri belum tahu itu terjadi atau tidak, bahkan berjalan saja kau belum?" jiwaku melanjutkan

"Apa aku sedang bermimpi, ada apa sih sebenarnya denganku?" tanyaku dengan ketololan yang memuakkan, memusingkan.

"Kau tertidur, maka bangunlah sekarang. kau selalu bilang mengantuk, mengantuk dan mengantuk. hidup bukanlah tentang tidur bermimpi bangun dan mengantuk lagi, tapi hidup adalah bermimpi, berdoa, bangun, bergerak dan berlari. kau sudah bangun dan bermimpi, kau juga sudah bergerak sedikit, tapi belum berlari dan berdoa. banyak tidur saja akan membuatmu kehilangan usia, banyak bermimpi saja akan membuatmu kehilangan kesempatan emas. jadi ke-lima-nya harus berjalan bersama-sama di kehidupan nyata. Mimpimu sungguh mengerikan, kau harus mengubahnya sebisa mungkin dengan impian yang lebih cantik daripada sebelumnya, dan aku yakin kau pasti bisa. Dan asmara-asmaramu itu buang saja dengan sopan, kau tak perlu menyimpan banyak asmara jika tak mau terluka. pilih saja satu atau tidak sama sekali itu lebih baik. yakinlah bahwa saat kau menjadi sinar yang paling terang, maka kedudukanmu sama dengan kejora dan kau akan bersanding dengan rembulan, itu pasti."

Aku terharu dan menangis. selalu senjata yang memenangkan adalah tangisan. Lalu aku melangkah turun dari bukit ini, mengakhiri mimpi bodoh dan sesatku, membuang khayalan yang semu dan mematikan tentang tidur dan menjadi kaya, menyedot racun-racun yang sudah mengkontaminasi hidupku, melepas satu per satu asmara yang melekat di hati dengan sopan, lalu dengan hati-hati karena tak mau merusak bunga-bunga yang indah di sini, aku turun kembali ke titik terendah dari bukit itu. kini aku adalah kami, yaitu aku dan jiwaku satu. 

Dan kami belum kalah.

Maret 18, 2014

SYAIR PENANTIAN

SYAIR PENANTIAN ( I )

Aku yang mematikan lampu
saat bulan berada tepat di atas kepalaku
dan ku lihat kau tertidur pulas di pangkuanku 

Bermimpilah
terbanglah
aku di sini denganmu
seumpama ibu yang menjaga bayinya sepanjang waktu

Lihatlah aku dalam mimpi
senandungkan lagu kisah sejati
kelak kau kan mengerti
makna bait-bait syair dari hati

Aku yang mematikan lampu
agar tak silau pandanganmu
saat kau terbangun di hari baru



SYAIR PENANTIAN ( 2 )

Kau matahari bagi jiwa
dan aku adalah bulanmu yang hampa
kau maharupa
melebihi maha raja

Aku tak berdaya
terhimpit sebongkah pesona
ah...rasanya aku ingin mati saja

Berhari-hari kau ku nantikan
hanya untuk memandangmu di bawah rembulan
dan itu sungguh mustahil pun tertahan



SYAIR PENANTIAN ( 3 )

Di mana rindu terpatri
yang akan menguatkan dua hati

Tak akan abadi dalam sendiri
nanti akan berakhir dan mati

Wahai pujaan yang jauh
biarlah angin sampaikan salam teduh

Dalam harap penantian saja
kau dan aku kelak bersua

Maret 05, 2014

TENTANG KAMU TERAKHIR KALI

aku perih
menyaksikanmu bersama bunga-bunga di jalanan
menciuminya bak seseorang yang mabuk
memeluknya bak seseorang  yang kecanduan marijuana

aku sedih
mengenang kalimat-kalimatmu yang bak senandung surga
kau suarakan di atas mimbar suci
seperti percikan air zam-zam dari sumur tanah suci

aku pedih
mendengar janji-janjimu yang seakan nyata di masa depan
kau nyatakan di atas pujian malaikat
mengikatku seakan kau menyatu dengan aku

Lebih baik kau bunuh aku
daripada harus menyaksikanmu bermain hati
kau memang lebih suka di panggil pecundang
daripada seorang pejuang
atau aku saja yang membunuhmu
di hadapan bunga-bungamu itu?
puih....

Dan aku tak akan sebodoh itu memperjuangkanmu
karena memang kau bukan satu-satunya
dan aku bukan yang termalang di antara miliaran bunga
jadi lanjutkan saja kegilaanmu
aku akan menaburkan bubuk maaf
di antara perih dan pedih hati ini


05 maret, 2014
Cibinong city





Januari 10, 2014

SURAT HATI

Apakah ini cinta...
manakala kau hilang dari sisiku
aku mulai hampa dan kosong

Apakah aku menyesal telah menyia-nyiakanmu?
kata itu selalu hadir di akhir cerita
dan aku benci kesedihan

Apakah kau masih ingat dan mengharapkan aku
aku ingin kau kembali
Maaf, adalah kata pertama untukmu

Januari 04, 2014

KEPUTUSAN

hari ini aku memutuskan berhenti 
mengiringi jalanmu
Keraguanmu mengalahkan rasa percaya diriku
sisa-sisa masa lalumu yang masih kau bawa
dan kau singgahkan kepadaku
sementara aku menghabiskan khayalanku 
hanya tentangmu saja...

Kau katakan akan datang
kau katakan mungkin
kau katakan belum tentu
kau katakan akan datang bila...

kau mempermainkan hatiku seolah semu
aku terkelabui oleh bayang-bayang silammu
yang kau nyatakan kepadaku
aku tegaskan "aku bukan seseorang yang sama dari masa lalumu"

pedih...
tapi lebih baik daripada harus terkikis
oleh sikapmu yang dibayangi masa lalu
cintamu tak nyata pun hampa
hanya pelarian sunyi yang terabaikan 

Jangan hadir lagi ataupun menyapa dalam kata
pedihku akan semakin dalam
biarlah terhapus semua tentangmu
tak lagi aku ingin mengenang dirimu
hari kemarin, hari ini ataupun esok
semoga Tuhan mengijinkan aku mengambil keputusan ini

1st Januari 2014
2 AM