I want to sleep soundly tonight
Sleep for a long time and long-term
And I hope that tomorrow morning
At That time was awake
I did not find again
Crowded this chest
Or the rest of the story yesterday
The accumulated business is full in my thoughts
My head is likely to want to break up
It could no longer accommodate millions sad
Disappointed and bitter
That every day come
I as if it were killed
By the other side my soul
Semalam aku mengunjungi sebuah kafe yang menyajikan menu-menu masakan jawa, ramai sekali tempat itu, sampai-sampai aku sulit untuk mendapatkan tempat duduk. semuanya penuh terisi oleh pasangan-pasangan muda yang sedang berakhir pekan. aku heran kenapa tempat seperti ini bisa penuh sesak. hm... pasti karena ada yang menarik di tempat ini, mungkin. karena aku juga baru sekali ini datang.
malam itu aku datang bersama dua orang temanku. hah...teman??? sejak kapan mereka adalah teman. shit! not friends. mereka adalah dua cacing yang telah mencoreng-moreng mukaku dan yang telah mencabik-cabik hatiku selama dua minggu terakhir ini. huh... lupakan saja mereka. sepertinya aku tidak pernah mengajak mereka ke sini. entah bagaimana tiba-tiba mereka bisa ada di belakangku seolah-olah berjalan bersamaku. aku sudah berusaha menghindari mereka dengan berbagai cara, karena aku tak ingin mereka merusak acara indahku di kafe ini. aku tak peduli kemana mereka berdua akan mendulang dosa lagi.cuih... pasangan menjijikkan. mereka berkhianat demi kenikmatan sesaat. berjanji bertemu hanya untuk berbuat mesum. dasar manusia jalang.
di mataku kafe ini sangat unik. ini kafe tapi hampir menyerupai pasar kuliner. beberapa pedagang menawari aku menu-menu dan memintaku singgah untuk mencicipi masakan mereka, ini sangat menarik buatku. dan kebanyakan dari mereka menyajikan pecel sayur jawa, jajanan pasar jawa, minuman khas jawa. hm... semua itu adalah menu-menu kegemaranku. wow... menyenangkan sekali tempat ini.
akhirnya aku memilih singgah di sebuah warung milik seorang ibu paruh baya, aku memesan nasi pecel komplit dan aku duduk di sebuah bangku panjang. aku melihat bangku itu sepi, hanya ada sepasang muda-mudi yang sedang menikmati makanan dalam balutan romantisme.
aku senang disini. ibu penjual pecel sangat ramah, beliau menanyakan kenapa aku tidak bergabung dengan kedua temanku yang tadi berjalan bersamaku. "aku tidak mengenal mereka..." jawabku singkat dengan mimik wajah kecewa. rupanya ibu penjual pecel tahu sekali akan suasana hatiku malam ini. dia pun menimpali "teman atau bukan, siapa saja bisa menusuk dari belakang, tapi tidak baik menyimpan kebencian..." aku tak menggubris, aku lebih memilih menikmati nasi pecelku dengan lahap. hm...yummy sekali rasanya. aku pasti akan nambah lagi nih, batinku.
"Apa ibu pernah dikecewakan oleh seseorang?" tanyaku di tengah acara makanku.
"Ibu tak banyak dikecewakan, tapi mungkin ibu banyak mengecewakan orang lain...." jawabnya.
"Apa ibu ingat kapan ibu di kecewakan?" tanyaku lagi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutku
"Ibu tak pernah mengingat-ingat kesalahan orang lain, karena tidak ada manusia yang sempurna..." Ibu itu menjawab penuh filosofi.
Tak lama, suara music terdengar diputar perlahan dari sebuah panggung kecil di sudut kafe. aku menoleh. seorang wanita muda muncul dari balik panggung, dia memakai dress putih, hm... cantik sekali gadis itu. dia menyanyikan lagu tembang kenangan yang aku hapal di luar kepala, suaranya sangat merdu, sepertinya tak asing di telingaku. aku menghentikan makanku dan memperhatikan gadis itu dengan seksama. Siapa dia? sepertinya aku mengenalnya... Hm..benar. wajah itu tak asing juga di mataku. aku mengenalnya, sejak dulu, beberapa tahun yang silam. aku yakin sekali tapi aku juga ragu. mana mungkin, ini mustahil. tapi keyakinanku sangat kuat malam ini. dia adalah teman masa kecilku. mendadak aku kehilangan konsentrasi makan.
kemudian aku bertanya kepada ibu penjual pecel. "apa ibu tahu siapa nama penyanyi itu?"
"namanya Christal.." jawab ibu itu tanpa mengalihkan pandangannya dari panggung.
Deg! jantungku seakan lepas dari tempatnya, tak kurasakan lagi seberapa cepat detaknya. benar dugaanku, dialah teman masa kecilku yang selama ini aku cari, aku rindukan dari ujung indonesia barat hingga ke indonesia timur. Dialah Christal. aku memperhatikannya. dia sekarang cantik sekali, suaranya merdu sama seperti beberapa tahun yang lalu, dengan dress putih yang sangat cocok sekali dengan kulitnya yang kuning langsat dan tubuhnya yang mungil. kebaikan hatinya masih melekat di hatiku saat dia membelaku dari godaan teman-teman senior yang usil, ketulusan hatinya masih kuingat saat dia dengan sabar mengajari aku matematika yang bagiku sangat rumit, kedewasaannya membuatku memutuskan akan berteman dengannya sampai kapanpun. tapi apa boleh buat, waktu tak bisa diputar ulang lagi. perpisahan harus terjadi demi sebuah pencapain hidup dan cita-cita. kami di pisahkan oleh bentangan jarak dan waktu selama bertahun-tahun. Dan ini akan ku ingat sebagai keajaiban bila benar dialah sahabat kecilku.
"aku ingin minta tanda tangannya, bisakah aku bertemu dia setelah selesai nyanyi, bu?" tanyaku lagi pada ibu penjual pecel.
"bisa, nanti ibu panggilkan ya..." kata ibu itu memberi harapan. aku mengangguk cepat. aku semakin tak sabar dan jadi kehilangan selera makanku.
Tak berapa lama kemudian, nyanyian usai dan kulihat beberapa penyanyi bermunculan dari pintu samping panggung yang letaknya tepat di hadapan warung nasi pecel yang aku singgahi. aku menunggu sosok yang aku rindukan itu muncul.
"nah itu dia, cepat kesana dan minta tanda-tangannya..." seru ibu penjual pecel kepadaku. aku bergegas bangkit hingga tanpa sengaja menyenggol meja di hadapanku, dan membuat seluruh makanan di atasnya tumpah bertebaran di lantai. ups... aku tak peduli, aku terus melangkah mendekati gadis cantik itu dan memanggil namanya.
"Christal...Christal..." teriakku tepat di hadapannya. dia menoleh, namun tanpa ekspresi
"siapa kamu...." tanyanya dengan sinis.
"Aku teman masa kecilmu. Apa kau ingat dulu waktu kecil kita pernah tinggal bersama di asrama kasih. kita bermain drama di gereja, kau jadi guru dan aku jadi murid.dan kita bernyanyi lagu pohon terang...pohon terang sangat indah rupamu...." aku menghentikan nyanyianku dan menunggu reaksinya, Tapi gadis bernama Christal tetap tak bereaksi sedikitpun, dia sama sekali tak mengenaliku, lalu dia menepis tangannya dan mengabaikan uluran tanganku.
"ah sudahlah, aku sama sekali tak mengenalmu, kau mungkin salah orang..." katanya sembari membuang muka dari hadapanku. Aku melihat sekilas matanya menyiratkan kebohongan dan pengingkaran akan kebenaran yang baru saja aku ungkap.
"Aku tidak mungkin salah, tolong lihatlah aku...." Aku menarik tubuhnya yang mulai menjauh dariku.
"Sudahlah...kau salah orang, mana mungkin kau temanku. jadi pergilah sekarang. Kau jangan membuang waktuku..." katanya lembut namun sangat menusuk hatiku. Sekali lagi aku menatap matanya dan tak ku jumpai ketulusan disana. ketulusan yang dulu pernah dia sebarkan kepada kami semua di asrama. Dia sudah berubah banyak sekali, aku tahu dan aku sadar. Tapi bagaimana bisa begitu mudahnya dia melupakan jalinan persahabatan?.
Aku hanya bisa berdiri termangu menatapnya pergi menjauh dari hadapanku, tanpa sedikitpun rasa. Entah kemana hatinya sekarang...
Lalu teman-temannya datang dan mengerumuni aku, seolah-olah aku ini adalah mangsa dan bertanya berbagai macam pertanyaan konyol yang sama sekali tak ku mengerti, mereka bahkan mentertawai diriku di hadapan banyak tamu di kafe itu, mempermalukan dan mengolok-olok dirku, melepaskan topiku, membuangnya jauh entah kemana, dan melepaskan kepangan rambutku sehingga menjadi acak-acakan.
"kamu pasti penipu, sok kenal sama penyanyi tenar...." kata salah satu dari mereka dan diiyakan oleh yang lain.
"Christal tidak mungkin punya teman seperti kamu, dasar gadis kampung, lihat saja dirimu, tak beda dengan gadis jalanan...." kata yang lainnya sambil tertawa terbahak-bahak. Semua mata pengunjung kafe tertuju padaku, aku bagaikan pencuri yang tertangkap basah dan diadili dengan hukum rimba, sementara orang yang melaporkan aku adalah sahabatku sendiri yang kini telah mengingkari keberadaanku. Aku berusaha sekuat hati untuk tidak mengeluarkan air mata, ini tabu bagiku jika sampai berurai air mata untuk sesuatu yang belum aku dapatkan.
Sekilas aku melihat gadis bernama Christal berdiri di sudut kafe, mata kami beradu, namun kurasakan dingin dan asing. Aku ingin dia menghampiriku dan membelaku seperti yang dulu pernah dia lakukan untukku, Ayo Christal katakan bahwa aku memang adalah temanmu. hatiku berteriak. aku menunggu dengan hampa, dia tak berkutik dari tempatnya. Aku harus menerima kenyataan ini, dia sudah tidak menganggapku penting lagi.
"Sudah sana pergi, dasar gadis penipu..."Sambung mereka sambil mendorong tubuhku ke arah pintu
"Biar ku panggil satpam untuk mengusirmu...."lanjut yang lain disertai teriakan ke arah satpam.
Seorang satpam datang, meraih tanganku dan mengusirku dengan kasar. aku segera menepis tangan besar satpam itu dengan lebih kasar.
"lepaskan aku, aku bukan penipu!!!" seruku dengan lantang. Dengan sisa tenaga aku berlari keluar dari kafe itu. Duniaku seakan gelap gulita. kakiku menjadi lumpuh seketika. hatiku tawar dan pahit. aku tak peduli lagi bagaimana tatapan orang-orang di jalan. Aku terus melangkah. otakku kembali memutar cerita kelam di masa lalu antara aku dan Christal. saat kami tinggal di asrama kasih, saat dia menerimaku sebagai sahabat kecilnya, saat dia mengajariku bagaimana menjadi gadis baik saat dewasa, saat dia berbagi sisa makanan denganku, saat dia membelaku ketika teman yang lain berbuat jahat kepadaku, saat dia katakan bahwa kita adalah teman selamanya,walau terpisah jarak dan waktu, tetap dekat di hati. saat kami latihan nyanyi bersama di gereja. kenangan itu masih terekam dengan jernih di pikiranku. dan aku yakin dia pasti juga menyimpan kenangan ini. tapi kenapa dia mengingkarinya malam ini?
Seharusnya dia memberiku kesempatan untuk mendengarkan penjelasannya. Bukan dengan cara seperti ini. Apakah aku yang salah orang ataukah dia yang mengingkari kenyataan ini.
Kini aku tahu, bagaimana rasanya diabaikan, dilupakan dan dibuang......ternyata waktu tidak hanya berputar mengubah siang dan malam, tetapi juga bisa mengubah ingatan dan pikiran seseorang.
tulisan ini adalah cerita mimpiku semalam dan terinspirasi oleh sahabat masa kecilku bernama Heni Tejo Utomo Handarwati dari surabaya dan aku persembahkan tulisan ini untuknya dimanapun dia berada saat ini. aku sangat merindukannya....